SHOUTBOX


ShoutMix chat widget

Memanggungkan Batik di Amerika Serikat

Setidaknya selama dua hari, 9 dan 10 Agustus lalu, suasana Indonesia hadir di Washington DC, Amerika Serikat. Di luar ballroom Hotel Mandarin terlihat banyak pria mengenakan kemeja batik, sedangkan para wanita sebagian mengenakan kain batik dan tenun. Di salah satu sudut seorang perempuan berkebaya duduk bersimpuh sambil memegang canting dan menggoreskan ujung canting pada selembar kain. Pada latar belakang tergantung enam kain batik tulis sangat cantik, milik Ibu Negara Nyonya Ani Susilo Bambang Yudhoyono. Hanya beberapa meter dari tempat itu tergantung sejumlah kain tenun dari berbagai daerah nusantara yang dibawa oleh Asosiasi Cita Tenun Indonesia. Sabtu malam waktu setempat diselenggarakan jamuan makan malam yang dilengkapi dengan pergelaran seni budaya yang diberi tajuk ”Enchanting Indonesia”. Ini merupakan pengantar dari acara pameran batik bertema ”Perempuan yang Menemukan Budaya pada Kain–Ibunda Barack Obama dan Batik Indonesia”, yang dibuka hari berikutnya di museum tekstil, Washington DC. Pameran di ibu kota AS ini merupakan puncak dari pameran serupa yang sebelumnya diselenggarakan di Chicago (Mei), Los Angeles (Juni), dan New York pada Juli 2009. Sebanyak 22 kain batik milik Ny Ann Dunham dipamerkan di Washington DC selama dua pekan (10-23 Agustus 2009). Dilihat dari skalanya, barangkali pameran ini bukan sebuah pameran besar yang bisa mendatangkan massa dalam jumlah banyak. Bangunan museum yang berlokasi di 2320 S Street ini tak cukup mencolok. Berada di antara deretan bangunan berlantai dua, dari luar lebih mirip seperti ruko. Namun, museum yang dibuka sejak 1925 ini mempunyai 5.000 anggota dari berbagai kota di Amerika. Masuk ke dalam museum ini pengunjung bisa merasakan suasana hangat dan bersahabat dari sebuah museum yang dilengkapi galeri, perpustakaan riset dan program, toko suvenir, serta taman cantik di halaman belakang.Warga Indonesia, kata Sudjadnan, setidaknya bisa lebih menghargai batik sebagai warisan budaya yang harus terus dijaga. ”Orang jauh-jauh saja, seperti Ibu Ann Dunham, begitu menghargai seni batik. Kita sebagai orang Indonesia seharusnya bisa berbuat lebih.” Perhatian terhadap batik agaknya memang cukup banyak diberikan oleh orang luar. Ini antara lain terlihat dari banyaknya buku-buku batik yang ditulis oleh orang asing, seperti kita lihat di toko buku di Bandara Cengkareng, misalnya. Bahkan kita bisa menemukan buku-buku tentang batik di Museum Tekstil Washington DC, dengan penulisnya yang berasal dari mancanegara.

Sumber Referensi : kompas.com

0 komentar:



Posting Komentar