SHOUTBOX


ShoutMix chat widget

Roket Hantam Istana

Hanya dua hari menjelang pemilihan presiden Afganistan, sebuah roket Taliban menghantam kompleks Istana Kepresidenan di Kabul, Selasa (18/8). Pada Senin malam, Istana Kepresidenan juga diterjang sejumlah roket kecil yang menyebabkan kerusakan di dalam istana. Sebuah roket lain mengenai gedung markas besar kepolisian di Kabul. Beberapa roket lain menerjang kota Jalalabad, timur Afganistan. Salah satunya menghantam sebuah rumah dan melukai 10 orang. Seorang juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, kepada Reuters mengklaim bahwa anggotanya telah menembakkan empat roket. Kemarin sebuah serangan bom bunuh diri juga dilaporkan terjadi di jalan utama yang menghubungkan Kabul dan Jalalabad. Sasaran serangan itu adalah konvoi pasukan asing yang tengah melintas di jalan tersebut. Farid Raeed, pejabat Kementerian Kesehatan Afganistan, mengatakan, sedikitnya 12 orang tewas dan 52 orang luka-luka akibat bom bunuh diri itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, dua anggota staf PBB tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan itu. Di Provinsi Jowzjan, utara Afganistan, sekelompok orang bersenjata menembak mati seorang kandidat dewan provinsi. Sementara itu, di Provinsi Uruzgan, seorang pelaku bom bunuh diri menerjang pintu gerbang pangkalan militer, menewaskan tiga tentara Afganistan dan dua warga sipil. Jelang pemilu presiden pada 20 Agustus, kekerasan di Afganistan kian meningkat. Kelompok Taliban telah menyerukan agar warga tidak datang ke tempat pemungutan suara dan memberikan suara. Beredar rumor bahwa warga yang memiliki tinta tanda memilih di jarinya akan menjadi sasaran serangan. Serangan Taliban di timur dan selatan Afganistan, basis kekuatan kelompok itu, akan menyebabkan rendahnya partisipasi pemilih di kalangan etnis Pashtun, yang merupakan jantung dukungan Presiden Hamid Karzai. Rendahnya partisipasi etnis Pashtun akan menguntungkan rival utama Karzai, mantan Menteri Luar Negeri Abdullah Abdullah. Jajak pendapat terkini menunjukkan Karzai unggul atas 40 kandidat presiden lainnya. Karzai memimpin 45 persen atas Abdullah yang mendapat 25 persen. Jika Karzai tidak bisa mendapat minimal 50 persen suara, dia tampaknya akan berhadapan dengan Abdullah pada pemilu putaran kedua. Karzai kini mengandalkan dukungan dari para mantan pemimpin milisi untuk memenangi putaran pertama. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa para panglima perang akan kembali berkuasa di Afganistan. Jenderal Abdul Rashid Dostum, pemimpin milisi Uzbekistan yang mendapat 10 persen suara pada pemilu tahun 2004, telah kembali ke Afganistan dari pengasingannya di Turki. Pada Senin lalu, dia menggelar pertemuan akbar di kota Shiberghen untuk mendukung Karzai. Dua calon wakil presiden yang mendampingi Karzai juga mantan pemimpin milisi dari minoritas Tajik dan Hazara. Pekan lalu, Karzai menerima dukungan publik dari Ismail Khan, mantan pemimpin milisi di kota Herat, barat Afganistan. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kemarin mengumumkan bahwa pasukannya tidak akan mengadakan operasi militer pada hari pemungutan suara. Misi hanya dilakukan jika benar-benar perlu untuk melindungi masyarakat. Selain ujian bagi Karzai, pemilu presiden Afganistan juga menjadi ujian bagi strategi Presiden AS Barack Obama dalam menjalankan perang terhadap Taliban dan Al Qaeda.

Sumber Referensi : kompas.com

0 komentar:



Posting Komentar